Sabtu, 07 Mei 2011

Penyakit vaginitis

Definisi
Trikomoniasis adalah salah satu tipe dari Vaginitis, merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, terutama sebagai Penyakit Menular Sexual (PMS), dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah yang dapat bersifat akut atau kronik dan pada wanita maupun pria, namun pada pria peranannya sebagai penyebab penyakit masih diragukan. Vaginitis juga didefinisikan oleh pertumbuhan berlebih dari sebagian besar organisme anaerobik (Gardnerella vaginalis, spesies Prevotella, Mycoplasma hominis, Mobiluncus spesies) di dalam vagina, menyebabkan penggantian laktobasilus dan peningkatan pH kurang dari 4,5 sampai setinggi 7.0. (jurnal internasional tentang vaginosis, 2006)

Juga pernah dilaporkan bahwa penyakit ini dapat pula ditularkan melalui transmisi lain, misalnya melalui pakaian kotor. Dalam daur hidupnya tidak ada bentuk kista, sehingga transmisi dalam stadium trophozoit. Penderita yang terinfeksi banyak yang tidak menimbulkan gejala. Trikomoniasis menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya, sehingga infeksi ini tidak dapat diabaikan.
Trikomonas dapat ditemukan dalam jumlah kecil dalam vagina tanpa gejala apa pun, akan tetapi dalam beberapa hal yang ada hubungannya dengan perubahan kondisi lingkungan, jumlah dapat bertambah banyak dan menimbulkan radang. Peterson melaporkan bahwa 24,6% dari apusan vagina yang diambil secara rutin pada penderita obstetric dan ginekologi menunjukan adanya Trikomonas vaginalis.

Etiologi
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa yang berflagela dengan masa inkubasi sekitar 1 minggu, tapi dapat berkisar antara 4-28 hari. Trikomoniasis merupakan penyakit yang predominan pada PMS sehingga resiko menderita infeksi ini berdasarkan pada tingkat hubungan seksual pasien.
T. vaginalis merupakan satu-satunya spesies Trichomonas yang bersifat pathogen pada manusia dan dapat dijumpai pada traktus urogenital. Pertama kali dikemukakan oleh Donne pada tahun 1863 dan untuk waktu yang lama sejak ditemukannya dianggap komensal. T. vaginalis berbentuk ovoid dan berukuran antara 10 sampai 20 mµ. Pada sediaan basah spesimen dari penderita dengan gejala yang hebat, ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan spesimen dari kasus asimtomatik atau dari biakan. T. vaginalis mempunyai membran undulans yang pendek, tidak mencapai setengah dari panjang badannya. Pada sediaan basah mudah terlihat oleh karena gerakan yang terhentak-hentak. Membelah secara longitudinal dan membentuk koloni trofozoit pada permukaan sel epitel vagina dan uretra pada wanita, uretra, kelenjar prostat dan vesikula seminalis pada pria.

Patofisiologi
Pada gadis-gadis sebelum usia pubertas, dinding vagina yang sehat tipis dan hypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7, pemeriksaan dengan pembiakan (kultur) akan menunjukkan beberapa mikroorganisma. Setelah gadis menjadi dewasa, dinding vagina menebal dan laktobasilus menjadi mikroorganisma yang dominan, pH vagina menurun hingga kurang dari 4,5. Gambaran fisiologis  vagina normal terdiri dari sekresi vaginal, sel-sel exfoliated dan mukosa serviks. Frekunsi  vagina bervariasi berdasar umur, siklus menstruasi dan penggunaan kontrasepsi oral.
Lingkungan vagina normal digambarkan oleh adanya hubungan dinamis antara Lactobacillus acidophilus dan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan produk metabolisme flora dan organisme patogen. L. acidophilus memproduksi hydrogen peroxide (H2O2), yang bersifat toksik terhadap organisme patogen dan menjaga pH vagina sehat antara 3.8 dan 4.2. Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari infeksi, dan laktobasilus adalah flora dari vagina yang dominan (walaupun bukan merupakan stau-satunya flora vagina). Masa inkubasi sebelum timbulnya gejala setelah adanya infeksi bervariasi antara 3-28 hari. Vaginitis muncul karena flora vagina diganggu oleh adanya organisme patogen atau lingkungan vagina berubah sehingga memungkinkan organisme patogen berkembang biak.
Selama terjadinya infeksi protozoa Trichomonas vaginalis, trikomonas yang bergerak-gerak (jerky motile trichomonads) dapat dilihat dari pemeriksaan dengan sediaan basah. PH vagina naik, sebagaimana halnya dengan jumlah lekosit polymorphonuclear (PMN). Lekosit PMN merupakan mekanisme pertahanan utama dari pejamu (host/manusia), dan mereka merespon terhadap adanya substansi kimiawi yang dikeluarkan trichomonas. T. vaginalis merusak sel epitel dengan cara kontak langsung dan dengan cara mengeluarkan substansi sitotoksik. T. vaginalis juga menempel pada protein plasma pejamu, sehingga mencegah pengenalan oleh mekanisme alternatif yang ada di pejamu dan proteinase pejamu terhadap masuknya .T vaginalis.
Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, douching, stress dan hormon dapat mengubah lingkungan vagina dan memungkinkan organisme patogen tumbuh. Pada vaginosis bakterial, dipercayai bahwa beberapa kejadian yang provokatif menurunkan jumlah hydrogen peroxide yang diproduksi L. acidophilus organisme. Hasil dari perubahan pH yang terjadi memungkinkan perkembangbiakan berbagai organisme. Organisme tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti ‘amine’, yang akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan exfoliasi sel epitel vagina. Amine inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi vaginosis bakterial.
Dengan fisiologi yang sama, perubahan lingkungan vagina, seperti peningkatan produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat progesterone karena kontrasepsi oral, memperkuat penempelan C. albicans ke sel epitel vagina dan memfasilitasi pertumbuhan jamur. Perubahan-perubahan ini dapat mentransformasi kondisi kolonisasi organisme yang asimptomatik menjadi infeksi yang simptomatik. Pada pasien dengan trikomoniasis, perubahan tingkat estrogen dan progesterone, sebagaimana juga peningkatan pH vagina dan tingkat glikogen, dapat memperkuat pertumbuhan dan virulensi T. vaginalis.





Patogenesis
Mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub epitel . Masa tunas rata- rata 4 hari -3 minggu . Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan sub epitel yang menjalar sampai ke permukaan epitel. Didalam vagina dan uretra parasit hidup di sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda-benda lain yang terdapat dalam sekret.

Gejala Klinik
Gejala klinis trikomoniasis pada klien tidak merupakan parameter diagnostik yang dapat dipercaya. Masa tunas sulit untuk dipastikan, tetapi diperkirakan berkisar antara 3 sampai 28 hari.
Tanda-tanda dan gejala-gejala pada wanita:
o   Gatal-gatal dan rasa panas pada vagina, vulva membengkak dan nyeri pada saat kencing.
o   Sekret vagina yang banyak, keputihan abnormal dengan purulen yang encer sampai kental, berwarna kekuning-kuningan dan berbau tidak normal, berbusa dan berdarah kemungkinan bisa terjadi. (sekret yang berbusa merupakan bentuk klasik dari trikomoniasis sebanyak 12% dari klien yang mengalami infeksi)
o   Disuria dengan pruritus
o   Edema vulva
o   Perdarahan kecil-kecil pada permukaan serviks (serviks strawberry)
o   Dispareunia dan nyeri
o   Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama yang dirasakan klien dengan trikomoniasis.
o   Perdarahan pada waktu post coitus dan perdarahan intermenstrual serta nyeri abdomen bagian bawah
o   Tetapi, lebih dari 50% asimptomatik
Dari data-data yang dikumpulkan oleh Wolner Hanssen (1989) dan Rein (1989) yang terdapat pada tabel, ternyata hanya 50-75% penderita yang mengeluh adanya duh tubuh vaginal, sehingga pernyataan bahwa trikomoniasis pada wanita harus selalu disertai duh tubuh vaginal merupakan hal yang tidak benar.
Pengobatan
Terapi Farmakologi
1. Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik
Secara topikal dapat berupa :
o   Bahan cairan berupa irigasi,misalnya Hidrogen peroksida 1- 2 % dan larutan asam laktat 4%
o   Bahan berupa supositoria,bubuk yang bersifat trikomonoasidal
o   Jel dan krim yang berisi zat trikomonoasidal
o   butoconazole (Femstat 3)
o   clotrimazole (Lotrimin)
o   miconazole (Monistat)
o   terconazole (Terazol 3)
Secara sistemik (oral) :
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :
o  Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg / hari selama 7 hari
o  Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
o  Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
o  Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram
o  ketoconazole dengan dosis 2x1 hari selama 5 hari.
2. Pengobatan Mitra Seksual
Mitra seksual harus diobati sesuai dengan rejimen penderita. Dosis yang dianjurkan untuk mitra seksual pria adalah dosis multiple selama 7 hari. Efektifitas dosis tunggal belum banyak diteliti. Latief melaporkan 40% kegagalan pengobatan pada pria dengan dosis tunggal.

3. Pengobatan Pada Kehamilan
Pengobatan Trichomoniasis dalam kehamilan perlu dilakukan. Mengingat bahwa infeksi pada bayi dapat mengakibatkan secret vagina yang berlebihan, piuria dan irritability. Metronidazol memiliki kontra indikasi dalam kehamilan trimester I, sedangkan obat yang lain tidak ada yang efektif, oleh karena itu metronidazol diberikan pada trimester II atau ke III dengan dosis tunggal
sebanyak 2 gram.
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita :
o  Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadi infeksi
o   Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan sebelum dinyatakan sembuh
o   Hindari pemakaian barang – barang yang mudah menimbulkan transmisi.

4. Infeksi Pada Neonatus
Bayi dengan trikomoniasis simtomatik atau dengan kolonisasi T. vaginalis melewati umur 4 bulan, harus diobati dengan metronidasol, 5 mg/kg oral, 3 x sehari selama 5 hari.

5. Infeksi Oleh Galur Resisten
Dengan munculnya laporan-laporan mengenai galur T. vaginalis yang resisten terhadap metronidasol, maka dalam menghadapi kegagalan pengobatan selalu harus diperhatikan bahwa pengobatan konvensional sampai saat ini sangat jarang mengalami kegagalan. Berdasarkan hal tersebut, maka sebelum menyatakan galur penyebab tersebut resisten terhadap metronidazol, hendaknya disingkirkan dahulu. faktor-faktor yang dapat menimbulkan kegagalan pengobatan, yaitu:
o    Konsentrasi metronidazol yang tidak mencukupi
o    Inaktivasi metronidazol oleh bakteri
o    Konsentrasi seng dalam serum yang rendah
o    Reinfeksi
Pengobatan lokal tidak dianjurkan, karena jarang sekali diperlukan kecuali pada penderita yang tidak tahan terhadap pemberian obat oral atau telah terjadi kegagalan pada pengobatan oral. Infeksi dengan galur resisten kadang-kadang responsive dengan pengobatan lokal.





6. Vaksinasi
Usaha mengadakan vaksinasi telah dilaksanakan dengan menggunakan vaksin Lactobacillus acidophilus, namun kegagalan vaksiasi telah dilaporkan. Telah dilaporkan pula bahwa ternyata tidak ada reaktivitas silang antara L. acidophilus dengan T. vaginalis.

7. Prognosis
Metronidazol menunjukkan angka kesembuhan 95 % . Angka kesembuhan meningkat bila kontak seksual memakai pengaman.

Terapi Nonfarmakologi
1.  Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) dan vaginitis yang disebabkan oleh jamur lebih cepat berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu penyembuhan menjaga kebersihan alat kelamin dan sebaiknya menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak menggunakan pakaian dalam yang ketat (Jones,2005). Keputihan bisa ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang terinfeksi oleh karena itu sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan juga.

2. Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin sangat membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering, seperti penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul steril. Bahkan, kemasannya pun harus diperhatikan. Jangan sampai menyimpan sembarangan, misalnya tanpa kemasan ditaruh dalam tas bercampur dengan barang lainnya. Karena bila dalam keadaan terbuka, bisa saja panty liner atau tisu basah tersebut sudah terkontaminasi. Memperhatikan kebersihan setelah buang air besar atau kecil. Setelah bersih, mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus. Alat kelamin jangan dibiarkan dalam keadaan lembab.


3) Pengobatan Psikologis
Pendekatan psikologi penting dalam pengobatan penyakit ini. Tidak jarang penyakit vaginitis ini sangat mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di laboratorium gagal menunjukkan infeksi, semua pemgujian telah dilakukan tetapi hasilnya negatif namun masalah atau keluhan tetap ada. Vaginitis tersebut tidak disebabakan oleh infeksi melainkan karena gangguan psikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan yang buruk, atau beberapa masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional. Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi. Selain itu perlu dukungan keluarga agar tidak terjdi depresi.






















DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Sjaiful. 2001. Penyakit Menular Seksual, Edisi 2. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Mandals, dkk. 2006. Penyakit Infeksi, Edisi 6. Jakarta. Erlangga
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
http://www.irwanashari.com/2009/11/trikomoniasis-vaginalis.html Diakses pada tanggal 9 Desember 2010
http://www.kesrepro.info/?q=node/309 Diakses pada tanggal 10 Desember 2010
http://ismailskep.wordpress.com/2008/11/07/trichomonas-vaginalis/ Diakses pada tanggal 10 desember 2010
http://www.scribd.com/doc/18025311/Vaginosis-Bacterial/ Diakses pada tanggal 10 desember 2010




Tidak ada komentar:

Posting Komentar